Selasa, 18 Oktober 2011

http://www.bloggerthemes.net/2010/01/gogreengold.html

Jumat, 22 April 2011

Wanita & keistimewaannya: tanpa harus ada penyimpangan fitrah

Keistimewaan wanita pertama: diciptakan menjadi penentu perdaban

Sejak pertama kali dicipatakan, wanita adalah makhluk yang sangat unik. Mereka dihadirkan oleh Sang Pencipta di dunia atas permintaan Adam-manusia yang paling pertama hadir menempati bumi ini. Tidak hanya sebagai pendamping yang menemani kesendirian seorang Adam, Hawa yang diciptakan khusus dari tulang sulbi Adam, juga menjadi penentu kehidupan manusia-manusia selanjutnya. Karena dari buah cinta merekalah hadir keturunan-keturunan yang hingga kini mengisi planet bumi. Apa jadinya jika Yang Maha Kuasa tidak mengabulkan permintaan nabi Adam a.s, mungkin tak ada kehidupan dan peradaban hingga saat ini, karena itu Maha Suci Dia atas semua sifatNya.

Tak ada laki-laki hebat tanpa seorang wanita tangguh di belakang mereka. Siapapun kita; sebagai seorang mahasiswa berpresatasi, orang penting, orang sukses, bahkan pemimipin seperti presiden sekalipun-tak bisa stuggle tanpa kekuatan dari ibu, ataupun pendamping hidupnya, yakni seorang isteri. Karena support dan kekuatan isteri dalam hal ini bagi yang sudah berkeluarga, menjadi faktor penting bagi diri seorang laki-laki, itulah cinta. Dan itulah hidup, hidup layaknya sebuah perjalanan, di dalamnya terdapat pahit manisnya suasana, dan semua bergiliran. Karenya laki-laki serta perempuan pun diciptakan dengan pembagian peran masing-masing, atas semua kelebihan dan kekurangannya untuk membuat harmonis suasana. Namun jelas, harus tetap disadari, wanita yang sejatinya menyimpan berbagai keutamaan, tetap memiliki fitrah yang lebih lembut; itulah filosofi penciptaan kaum hawa tercita dari tulang sulbi Adam; semakin di paksa akan patah, karena tulang sulbi adalah tulah rawan.

Kisah tentang seorang wanita jika diceritakan ataupun dituliskan pada lembaran-lembaran kertas tak akan ada habisnya. Begitu istimewa, hingga Alloh SWT dalam kitab SuciNya bertitah serta memberikan nama surat khusus yaitu An-Nisa yang artinya perempuan. Subhanalloh. Jadi jangan dianggap, wanita tidak layak menjadi trandmark, karena cerita menarik dimanapun akan membahas all bout women. Namun sejarah mencatat, masa jahiliyah dulu menorehkan kisah kelam terhadap kedudukan wanita. Kaum kafir yang tidak mengedepankan rasio dan akal, tetapi hanya hawa nafsu, menganggap wanita lemah dan tidak dianggap keberadaannya. Sampai ada tokoh saat itu di negeri Arab yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya karena tidak diharapkan. Hingga Islam-pun datang oleh manusia paling pengasih, Rosulullah SAW. Beliau membawa ajaran yang menjunjung tinggi serta menghormati harkat dan kedudukan wanita.

Feminisme : benarkah sesuai fitrah?

Perjuangan wanita terus berhembus hingga detik ini, semua manusia yang berjender wanita di seantero jagad ini terus berwacana menyuarakan hak-hak mereka. Feminisme dan kesetaraan gender, itulah isu yang sampai saat ini terdengar gaungnya. Dimanapun, kapanpun, terutama di media sangat terasa keberadaannya. Namun yang menjadi pertanyaan, seberapa besarkan esensi isu-isu tersebut?. Sebagai kaum yang berakal, seharusnya kita jangan hanya mengikuti arus informasi, tetapi mengkaji lebih dalam. Beberap waktu lalu, saya mengkaji sebuah jurnal yang ditulis oleh pemikir-pemikir Islam, hampir sebagian besar pokok pembicaraannya adalah tentang tuntutan akan hak-hak kaum perempuan. Sebenarnya tanpa tuntutan gencar seperti itu, pada akhirnya wanita mempunyai peran dan kedudukan yang khusus, yang tak semuanya mampu dilakukan kaum Adam. Namun kaum yang menamakan diri Feminisme berkata lain, mereka agent yang menuntut perubahan peran dan kedudukan wanita yang seharusnya setara dengan laki-laki.

Feminisme juga dikaji berdasarkan literatur-literatur kitab dalam agama. Mengutip seorang penulis Jerman abad ke-17, Adler menulis: it's a fact that women has only a weaker faith (In God). Sesuai dengan konsep etimologis mereka tentang wanita, yang dalam bahasa mereka disebut 'female' berasal dari bahasa Yunani 'femina'. Kata 'femina' berasal dari kata 'fe' dan 'minus'. 'fe' artinya 'fides', 'faith' (kepercayaan atau iman). Sedangakan 'mina' berasal dari kata 'minus', artinya kurang. Jadi 'femina' artinya 'seorang yang yang imannya kurang' (one with less faith). Jika begitu filosofisnya, tidak mengherankan timbul berbagai persepsi bahwa wanita memang meiliki kelemahan. Akan tetapi tidak lantas pula dibenarkan muncul berbagai pernyataan “nyeleneh” yang pada akhirnya mengabu-abukan fitrah wanita.

Salah satu sosok aktivis feminisme bernama Amina Wadud berusaha menerapkan konsep “kesetaraan gender” dengan mengubah konsep-konsep Islam tentang wanita untuk disesuaikan dnegan nilai-nilai modern yang berlaku di dunia saat ini. Ia berpendapat wanita pun juga dapat menjadi imam-pemimpin saat sholat berjamaah diantara laki-laki. Adalagi statementnya tentang peran wanita yang dituliskan dalam sebuah buku, bahwa saat ini wanita tidak berperan untuk menyusui anaknya, melainkan hanya bertugas untuk mengandung kemudian melahirkan saja. Jika begitu pendapatnya, sangat disayangkan wanita itu sendiri tidak memanfaatkan pemberian Yang Kuasa berupa kelenjar susu pada tubuh mereka. Apalagi manfaat dan keuatamaan asi (air susu ibu) sudah di uji oleh peneliti modern, yang akan membentuk kecerdasan pada otak anak. Jika di telaah baik-baik, ada ketidak-konsisten-an pernyataan para aktivis penuntut persamaan gender itu. Mereka menitik beratkan hanya pada bidang-bidang tertentu, terutama agama, sedangkan dalam dunia olahraga, tetap saja laga di setiap pertandingan memisahkan laki-laki dan perempuan, anehnya mereka tidak merasa dirugikan akan hal tersebut.

Tokoh wanita inspiratif yang sesungguhnya

Dua puluh satu April 2011, kamis lalu hingga hari ini saya anggap menjadi masa-masa yang sensitif, aktif, dan proaktif. Di berbagai wilayah Indonesia ramai-ramai menyebutnya dengan nama Hari Kartini. Bahkan ada lagunya-”Ibu kita Kartini puteri sejati..”Sosok Kartini memang menyejarah, beliau tokoh Indonesia yang menjadi pioneer untuk mengangkat harkat dan martabat wanita, yang katanya dulu tertindas, terpinggirkan. Namun, atas segala kekurangan ilmu saya dan tanpa mengurangi rasa hormat terhadap beliau, saya rasa tidak hanya beliau yang pantas menginspirasi para generasi muda wanita hingga zaman ini di Indonesia. Guru Bahasa Indonesia saya saat di SMA, pernah bercerita, di dalam kisah Ibu Kartini terdapat beberapa skenario lain yang dilebih-lebihkan, sehingga generasi selanjutnya hanya terfokus pada beliau. Padahal jika flash back dalam sejarah ada sosok-sosok wanita lain yang berperan penting terhadap rakyat Indonesia. Ada Ibu Rohana Kudus, ada pula tokoh pahlawan Ibu Cut Nyak Dien yang turun menyumbangkan jiwanya untuk kemerdekaan Indonesia.

Sejatinya manusia Indonesia harus semakin faham dari waktu ke waktu ada saja referensi untuk di jadikan panutan. Ibu-asal kita hadir dibumi, Ibu guru di sekolah-asal keberhasilan cita-cita kita, kakak wanita kita, sahabat wanita kita, bahkan wanita-wanita hebat di dunia ini dapat mengilhami eksistensi jiwa wanita pada diri kita, tanpa harus menyimpang dari fitrahnya.

Senin, 11 April 2011

Guru_sebuah cinta (terima kasih..)

Berbicara tentang guru, sangat dekat dengan kehidupanku. Walaupun di keluargaku tidak ada yang berprofesi sebagai guru, tapi keberadaanku saat ini dipenuhi oleh cerita-cerita tentang sosok guru. Sebagian besar karakter diriku sekarang, semua hasil kerja tangan-tangan penuh cinta dari ibu bapakku di sekolah. Teringat kisahku, beberapa waktu lampau. Ketika aku masih teramat polos umpama sebuah kertas putih, lingkunganlah yang menorehkan warna-warnaku.

Aku teringat perkataan dari seorang bapak guru waktu di SMA, “Siapa yang cita-citanya ingin menjadi seorang guru?,” tampaknya tak satupun tertarik. Akupun saat itu tak mengangkat tanganku. Mungkin tak terbayang dalam benak kami untuk medekati profesi mulia yang satu itu. Namun kini, waktu berkata lain, sekarang akulah pemeran utama dalam kisah kehidupan seorang guru. Aku sebagai seorang Guru_bagi diriku, keluargaku, anak muridku, hingga anak kandungku kelak, insyaAllah. Dan itu semua tak lepas dari peran besar sosok seorang guru yang amat ku cintai. Jika ku kisahkan begiilah cerita yang menginspirasiku:

Sebuah perjalanan panjang…
Aku menikmati duniaku sampai detik ini karena memoriku disana..di Delapan Satu (SMA ku)
Sebuah medan pembelajaran yang selengkap-lengkapya,
Dahulu, kecilku disana, waktu masih ingusan yang tak tahu arah, uluran tangan guru-guruku (saat itu) menuntunku ke arah kedewasaan..
Saat dirumah ku tak dapatkan segarnya ilmu, di tempat itu menawarkan cinta yang menyejukan dahagaku,
Sekitar 7 tahun lalu, aku mengenal mereka teman-teman seangkatanku ,
DINASTI (nama angkatanku- yang di tubuh itu kami memperkuat langkah menuju sebuah akhir cita-cita mulia dan masih di beri arahan oleh guru-guru kami kemana harus melangkah melalui jalur hidup remaja.
Dulu disana kami adalah pemuda pemudi yang lapar akan ilmu, prestasi, dan semua hal yang kami cintai atas pemahaman kami.
Saat dimana intelektual kami seperti kurva yang melaju ke atas tanpa batas …
Kami ingin seperti pemuda sejati, terasing dari gelombang kehidupan teman-teman kami yang menjauhi hakikat hidup.
Kami berjuang melawan nafsu kami, nasehat menasehati, menagis disana, tertawa di tengah kelucuan sikap kami, bermain di sela-sela belajar kami, hingga ujian yang penuh peluh, penat serta air mata.
Kami menanam ladang-ladang disana dengan bibit-bibit yang kami harapkan berbuah high quality product, adik-adik kami angkatan selanjutnya-itulah harapan kami.
Kami mencintai mereka seperti mencintai diri kami sendiri, kami bertemu berkasih sayang, belajar hingga beraktivitas mewarnai lingkungan sekolah kompetitif itu.
Kami tidak seorang diri, kami bersama.
Dalam acara-acara kesiswaan yang kami buat, banjir peserta 30-40 0rang, panitia yang ter-manage atas dasar ilmu dan professional.
Dalam ekstrakurikuler, kami menghias acara-acara ROHIS kami dengan seni Islam, dengan kebanggaan akan Islam, dengan kualitas pemuda pemudi Islam, dan kami berproses disana.

Terima kasih Allah, terima kasih kau kirimkan guru-guru luar biasa yang mengantar kami ke tempat itu.
Karena perjalanan panjang itu, Aku dan saudara saudariku ada saat ini, di universitas kami masing-masing mengerti untuk menjadi MANUSIA sebenarnya.
Apa yang harus kami lakukan atas kesyukuran kami yang begitu besar ini…?

Uacapan terima kasih yang sungguh luar biasa besar untuk bapak ibuku disana di Delapan Satu, kemudian flashback di SMP Dua Lima Dua, dan yang teramat berkesan SD ku Nol Lima Pagi.
Mudah-mudahan saya dan teman-teman calon guru, generasi selanjutnya-yang kini sedang berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh mampu tetap mengharumkan nama seorang guru. Tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi mendidik manusia menjadi manusia Indonesia seutuhnya, dengan sebuah cinta, cita-cita dan harapan.

Selasa, 05 April 2011

no spirit, no life

wah, sudah memasuki hari ke-6 bulan April,
beberapa hari lagi ayahku genap 60 tahun,
6 bulan lagi keponakan gendutku jadi 1 tahun,
dan aku..sedang mengarungi 23 tahunku ke depan yang seharusnya indah,

seorang sahabat mengatakan,,
"kau bisa jadi seorang penulis"; atau bahasa lain yang lebih sederhana: "jadi penulis aja, Ga"

tapi...aku pikir masalahnya mega masih belum cukup matang dan bersemangat untuk memajang tulisan2 mega, fiuuhh..

sebenarnya, aku tidak bisa improve tulisanku, kalo ga ada input dari orang lain, tapi yah, it's so long

bebepara hari ini saya sedang mencari inspirasi untuk perubahan, dari segi gizi mungkin atau dari hal yang seharusnya semakin matang,

contoh sederhananya ber-KELUARGA,

memang siyh, dari lubuk hati ini yang paling dalam belum ada dorongan atau tarikan ke arah situ, tapi justru orang lain yang menjadikan saya harus bersentuhan dengan hal-hal tersebut..

apa hikmahnya?

Kamis, 17 Maret 2011

APAKAH KESEMPATAN ERAT RELEVANSINYA DENGAN KUALITAS KESUKSESAN?

Banyak hal yang terjadi di setiap sisi kehidupan manusia, dari hal yang sederhana sampai yang teramat kompleks. Semua karakter manusia mendapat kesempatan yang sama merasakan hiruk pikuk fenomena kejadian yang melintasi hidupnya.Contoh sederhana adalah diriku, aku berusaha menjebak ragaku untuk merasakan nafas dari jiwa, atas semua yang melewati hari-hariku, setiap menit bahkan detiknya.Aku bukan orang yang terlalu serius menjalani keseharianku, agenda penting maupun yang tak layak di tekuni, namun aku ingin mewarnai segala aktivitasku dengan sesuatu yang berbobot.

Sebagian besar manusia di dunia sibuk dengan aktivitas keDUNIAwiannya masing-masing, tanpa banyak waktu untuk mengingat kembali seperti apa hasil berupa kuantitas bahkan kualitas yang telah ia buat pagi hingga malam hari tadi, kecuali memang yang pekerjaannya memproduksi dagangan-dagangan berharga yang bernilai komersil.Memikirkan profit harga, minimal balik modal usaha.Dari jumlah sekian banyak produktivitas manusia di bumi mungin kurang dari seperempat persen yang memiliki bobot apalagi bicara nilai kualitasnya. Setidaknya itu yang kurasakan di dunia Indonesia kebanyakan.

Berapa banyak hal menfaat yang kita tularkan pada dunia yang kita jalani? Berikut ini sedikit renunganku

Di suatu siang yang teramat panas, aku berjalan menyusuri jalan panjang, disuatu perumahan di dekat salah satu rutan di Jakarta Timur. Langkah kakiku terdengar hanya oleh telingaku sendiri, maklum Jakarta tempat yang padat dan setiap ruas terjejer kendaraan bermotor, suaranya berdesing kesana kemari. Aku teringat hari ini akan jadi hari yang teramat panjang, sabtu hari ini berlanjut ahad besok, 12-13 maret 2011 ini hari cukup bersejarah bagiku, aku akan rapat kerja di organisasi mahasiswa yang aku ikuti. Kulirik handphone hitam dari tasku, dan kuambil utuk mengirim pesan, permohonan izin untuk ibu dan ayahku karena 2 hari ini aku tidak akan pulang. Bismillah...

Menunggu metromini 45 jurusan Pulogadung termasuk memerlukan waktu yang tidak sedikit, entah apa penyebabnya. Padahal jalur yang dilalui hanya lurus dari Pondok Gede, jika memang bus tersebut on the track, seharusnya tidak harus membuat calon penumpangnya sedikit wasting time, tapi nikmati sajalah, bismillah...
No body said it was easy,,lirik lagu Coldplay.
Akhirnya kendaraan umum berukuran cukup jumbo datang, dengan langkah pasti ku memasuki pintu metromini tersebut. Tapi, kali ini aku kurang beruntung, tempat duduk penuh, walau sebenarnya masih ada space, namun sulit untuk ku jangkau. Di bagian depan kendaraan, ku mantapkan kakiku untuk berdiri, tidak lama setelah mengambil ancang-ancang untuk berpegangan, tiba-tiba ada seorang ibu paruh baya memanggiku dari bagian belakang metromini, tepat di tempat duduk bagian belakang. “Ke sini mba, duduk disini” sapa Ibu itu dengan senyuman khas orang Jawa Timur. Karena logat dan raut wajahnya terlihat memang Ibu tersebut berasal dari bagian timur pulau terpadat di Indonesia itu. Aku sumringah dibuatnya, walaupun mungkin raut senyumku tak terlihat dikarenakan selembar kain menutupi mulutku, aku memakai masker sejak dari di luar metromini.

Subhanallah, Ibu itu perhatian sekali, walau tak dapat melihat wajahku, tapi dengan senang hati mempersilahkan aku untuk duduk disampingnya.” Masih muat kok, Ibu turun dekat sini” Ia memulai berbicara denganku. Dengan sekejap aku duduk, lalu ku lepas maskerku untuk merespon pembicaraannya. Serentetan pelajaran ku dapatkan dari seorang Ibu paruh baya perkasa yang berdampingan denganku di tempat duduk metromini. “Inilah anugerah Allah”, batinku. Ibu penjual minuman kesehatan yang di bawa dengan menggunakan tas besar untuk dijajakan itu bercerita dengan perasaan damai, walau di sudut matanya terlihat sedikit bulir air mata.

Beliau bernama Ibu Atun, beberapa kali Ia sebutkan asal kelahirannya, Jombang. Kata itu berkali-kali Ia sebutkan dengan kebanggaan. Dalam waktu singkat, karena hanya 20 menit sebelum Ia turun sampai tujuan tempat tinggalnya di Jakarta, daerah Jatinegara Kaum, beliau yang hidup seorang diri, seperti membuka mata dan menampar mukaku, serta mengerdilkan diriku, karena beliau bercerita tentang kehidupan yang penuh perjuangan. Dia pahlawan sesungguhnya. Keras dan kompetitifnya kehidupan di Jakarta, tak menjadikan Ia seorang pengecut. Ia hidup, dengan kehidupan sesungguhnya. Bayangkan usianya sekitar 60 tahun, setara dengan ibuku; tanpa seorang suami yang telah meninggal, begitupula tanpa seorang anak kandung tempatnya bercerita apalagi bergantung. Ia berani mengarungi perjalanan hidupnya di Jakarta, setelah memutuskan bermigrasi ke Jakarta bersama teman-temannya.

Ingatanku melekat, “hidup, tanpa saudara kandung, di Jakarta, bukan kisah yang sederhana.”Sedangkan aku?, siapa aku, manusia kerdil, yang belum mampu berhadapan dengan takdir seberat itu. Barokalloh Bu, batinku.Ia bersemangat mengatakan pengalaman selama bekerja, yaitu berjualan,” Ibu berkali-kali di zolimi pihak perusahaan tempat Ibu bekerja, ndak dibayar sesuai hak pegawai selama satu tahun. Ibu dibohongi...namun Ibu percaya akan ada balasan yang adil dari yang Maha Kuasa.”
whiuhh..aku menghela nafas, suaranya mungkin begitu menyita perhatian penumpang lain di sekitar kami, tapi menurutku, bukan masalah. Ini adalah suara hati rakyat kecil. Berlanjut hingga hampir sampai tujuannya Ibu itu menyebutkan alamat lengkap tempat tinggalnya, mungkin Ia berharap ada seseorang, termasuk aku yang bersedia mampir, menemani kesendiriannya.

Di akhir cerita menawannya, Ia berpesan”Ibu doakan Ibu orang tuamu bisa naik haji” Doa yang mengalir begitu tulus, “Amin...”, ditambah lagi kalimat ajaib dari bibir keriputnya,” terima kasih, nak”.Subhanalloh, Allohu Akbar. Kesimpulan yang ku buat adalah hikmah yang begitu istimewa, ia adalah sosok sederhana, berjiwa istimewa.
Kontras..
Hatiku berdegup memikirkan kisah tadi,
seorang yang mengais rejeki dengan usaha begitu menawan. Padahal di lain waktu, dilain tempat ku menyaksikan betapa Jakarta dihuni beribu-ribu manusia ambisius mendapatkan harta dan tahta. Berbagai cara, sebut saja dari yang biasa sampai yang 'luar bias' licik ia pertaruhkan, tak terdengar lagi suara nurani, harga diri di tenggelamkan.

Saat itu aku berada di daerah jantung Jakarta dengan bertempatkan kendaraan khusus Jakarta, Trans Jakarta. Berbagai tipe manusia terlihat, mulai yang aktivis, pegawai, sampai mungkin ada artis berlalu lalang memasuki bus yang ku tumpangi. Aku teringat curhatan temanku saat hadir di pengajian beberapa jam lalu, Neng, begitu biasa Ia disapa, merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya, yaitu sebuah kepuasan batin. Ia bekerja di perusahaan elit di daerah Medan Merdeka, sebuah tugas magang dari Fakultas Ekonomi tempat Ia berkuliah. Ia menceritakan hari-harinya sebagai auditing, terkesan monoton dan amat dingin, karena yang dikerjakan adalah, “all bout money”, tanpa berpikir sisi kehidupan lain.

Berbagi, itulah point yang ingin aku sampaikan. Begitu indah hidup, lapang hati, puas diri jika kebahagiaan yang ada di dalam diri kita bisa dirasakan orang lain.
Aku belajar dari seorang Ibu paruh baya, bahwa kesuksesan tidak hanya soal kesempatan, walau Ia bekerja di tempat yang elit, berlimpah uang, bertahta, dan terkenal.Secara Hukum Peluang manusia, memang Bu Aun bukan orang yang mendekati sukses, tapi..
Ini soal ketenangan dan kedamaian hidup, dan itu semua terangkum dalam dua kata, syukur dan ikhlas.

Sabtu, 07 Februari 2009

Awalan dan renungan


Aku tidak lelah

memang seharusnya tidak patut merasa lelah

sedikit sekali aku melangkah

tak layak kuucap pasrah

menilik sedalam apa niatku

ternyata masih dangkal tekadku

aku malu jika harus kuukir lembaran palsu

wahai Zat yang maha menerima taubat

hari-hariku tercinta ini

ditaburi manisnya kisah dan hikmah

aku berjalan mengiringi harapanku

hanya Engkau yang paham

untuk menilai proses amalku

Selamat..

setengah lebih dari permulaan

menuju seikat happiness yang belum tergenggam

ini masih sepi

tetap jadi saksi bisu teruraikan

ada pemisahan dua massa

elemen-elemen yang masih bercerai berai







Di True Love ini Ku ingin mengungkapkan cinta Sejati..Pada YAng berhak kupersembahkan... cinta sejati dan hakiki...cinta diatas SEGALANYA... 4JJI please receive MY LOve