Jumat, 22 April 2011

Wanita & keistimewaannya: tanpa harus ada penyimpangan fitrah

Keistimewaan wanita pertama: diciptakan menjadi penentu perdaban

Sejak pertama kali dicipatakan, wanita adalah makhluk yang sangat unik. Mereka dihadirkan oleh Sang Pencipta di dunia atas permintaan Adam-manusia yang paling pertama hadir menempati bumi ini. Tidak hanya sebagai pendamping yang menemani kesendirian seorang Adam, Hawa yang diciptakan khusus dari tulang sulbi Adam, juga menjadi penentu kehidupan manusia-manusia selanjutnya. Karena dari buah cinta merekalah hadir keturunan-keturunan yang hingga kini mengisi planet bumi. Apa jadinya jika Yang Maha Kuasa tidak mengabulkan permintaan nabi Adam a.s, mungkin tak ada kehidupan dan peradaban hingga saat ini, karena itu Maha Suci Dia atas semua sifatNya.

Tak ada laki-laki hebat tanpa seorang wanita tangguh di belakang mereka. Siapapun kita; sebagai seorang mahasiswa berpresatasi, orang penting, orang sukses, bahkan pemimipin seperti presiden sekalipun-tak bisa stuggle tanpa kekuatan dari ibu, ataupun pendamping hidupnya, yakni seorang isteri. Karena support dan kekuatan isteri dalam hal ini bagi yang sudah berkeluarga, menjadi faktor penting bagi diri seorang laki-laki, itulah cinta. Dan itulah hidup, hidup layaknya sebuah perjalanan, di dalamnya terdapat pahit manisnya suasana, dan semua bergiliran. Karenya laki-laki serta perempuan pun diciptakan dengan pembagian peran masing-masing, atas semua kelebihan dan kekurangannya untuk membuat harmonis suasana. Namun jelas, harus tetap disadari, wanita yang sejatinya menyimpan berbagai keutamaan, tetap memiliki fitrah yang lebih lembut; itulah filosofi penciptaan kaum hawa tercita dari tulang sulbi Adam; semakin di paksa akan patah, karena tulang sulbi adalah tulah rawan.

Kisah tentang seorang wanita jika diceritakan ataupun dituliskan pada lembaran-lembaran kertas tak akan ada habisnya. Begitu istimewa, hingga Alloh SWT dalam kitab SuciNya bertitah serta memberikan nama surat khusus yaitu An-Nisa yang artinya perempuan. Subhanalloh. Jadi jangan dianggap, wanita tidak layak menjadi trandmark, karena cerita menarik dimanapun akan membahas all bout women. Namun sejarah mencatat, masa jahiliyah dulu menorehkan kisah kelam terhadap kedudukan wanita. Kaum kafir yang tidak mengedepankan rasio dan akal, tetapi hanya hawa nafsu, menganggap wanita lemah dan tidak dianggap keberadaannya. Sampai ada tokoh saat itu di negeri Arab yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya karena tidak diharapkan. Hingga Islam-pun datang oleh manusia paling pengasih, Rosulullah SAW. Beliau membawa ajaran yang menjunjung tinggi serta menghormati harkat dan kedudukan wanita.

Feminisme : benarkah sesuai fitrah?

Perjuangan wanita terus berhembus hingga detik ini, semua manusia yang berjender wanita di seantero jagad ini terus berwacana menyuarakan hak-hak mereka. Feminisme dan kesetaraan gender, itulah isu yang sampai saat ini terdengar gaungnya. Dimanapun, kapanpun, terutama di media sangat terasa keberadaannya. Namun yang menjadi pertanyaan, seberapa besarkan esensi isu-isu tersebut?. Sebagai kaum yang berakal, seharusnya kita jangan hanya mengikuti arus informasi, tetapi mengkaji lebih dalam. Beberap waktu lalu, saya mengkaji sebuah jurnal yang ditulis oleh pemikir-pemikir Islam, hampir sebagian besar pokok pembicaraannya adalah tentang tuntutan akan hak-hak kaum perempuan. Sebenarnya tanpa tuntutan gencar seperti itu, pada akhirnya wanita mempunyai peran dan kedudukan yang khusus, yang tak semuanya mampu dilakukan kaum Adam. Namun kaum yang menamakan diri Feminisme berkata lain, mereka agent yang menuntut perubahan peran dan kedudukan wanita yang seharusnya setara dengan laki-laki.

Feminisme juga dikaji berdasarkan literatur-literatur kitab dalam agama. Mengutip seorang penulis Jerman abad ke-17, Adler menulis: it's a fact that women has only a weaker faith (In God). Sesuai dengan konsep etimologis mereka tentang wanita, yang dalam bahasa mereka disebut 'female' berasal dari bahasa Yunani 'femina'. Kata 'femina' berasal dari kata 'fe' dan 'minus'. 'fe' artinya 'fides', 'faith' (kepercayaan atau iman). Sedangakan 'mina' berasal dari kata 'minus', artinya kurang. Jadi 'femina' artinya 'seorang yang yang imannya kurang' (one with less faith). Jika begitu filosofisnya, tidak mengherankan timbul berbagai persepsi bahwa wanita memang meiliki kelemahan. Akan tetapi tidak lantas pula dibenarkan muncul berbagai pernyataan “nyeleneh” yang pada akhirnya mengabu-abukan fitrah wanita.

Salah satu sosok aktivis feminisme bernama Amina Wadud berusaha menerapkan konsep “kesetaraan gender” dengan mengubah konsep-konsep Islam tentang wanita untuk disesuaikan dnegan nilai-nilai modern yang berlaku di dunia saat ini. Ia berpendapat wanita pun juga dapat menjadi imam-pemimpin saat sholat berjamaah diantara laki-laki. Adalagi statementnya tentang peran wanita yang dituliskan dalam sebuah buku, bahwa saat ini wanita tidak berperan untuk menyusui anaknya, melainkan hanya bertugas untuk mengandung kemudian melahirkan saja. Jika begitu pendapatnya, sangat disayangkan wanita itu sendiri tidak memanfaatkan pemberian Yang Kuasa berupa kelenjar susu pada tubuh mereka. Apalagi manfaat dan keuatamaan asi (air susu ibu) sudah di uji oleh peneliti modern, yang akan membentuk kecerdasan pada otak anak. Jika di telaah baik-baik, ada ketidak-konsisten-an pernyataan para aktivis penuntut persamaan gender itu. Mereka menitik beratkan hanya pada bidang-bidang tertentu, terutama agama, sedangkan dalam dunia olahraga, tetap saja laga di setiap pertandingan memisahkan laki-laki dan perempuan, anehnya mereka tidak merasa dirugikan akan hal tersebut.

Tokoh wanita inspiratif yang sesungguhnya

Dua puluh satu April 2011, kamis lalu hingga hari ini saya anggap menjadi masa-masa yang sensitif, aktif, dan proaktif. Di berbagai wilayah Indonesia ramai-ramai menyebutnya dengan nama Hari Kartini. Bahkan ada lagunya-”Ibu kita Kartini puteri sejati..”Sosok Kartini memang menyejarah, beliau tokoh Indonesia yang menjadi pioneer untuk mengangkat harkat dan martabat wanita, yang katanya dulu tertindas, terpinggirkan. Namun, atas segala kekurangan ilmu saya dan tanpa mengurangi rasa hormat terhadap beliau, saya rasa tidak hanya beliau yang pantas menginspirasi para generasi muda wanita hingga zaman ini di Indonesia. Guru Bahasa Indonesia saya saat di SMA, pernah bercerita, di dalam kisah Ibu Kartini terdapat beberapa skenario lain yang dilebih-lebihkan, sehingga generasi selanjutnya hanya terfokus pada beliau. Padahal jika flash back dalam sejarah ada sosok-sosok wanita lain yang berperan penting terhadap rakyat Indonesia. Ada Ibu Rohana Kudus, ada pula tokoh pahlawan Ibu Cut Nyak Dien yang turun menyumbangkan jiwanya untuk kemerdekaan Indonesia.

Sejatinya manusia Indonesia harus semakin faham dari waktu ke waktu ada saja referensi untuk di jadikan panutan. Ibu-asal kita hadir dibumi, Ibu guru di sekolah-asal keberhasilan cita-cita kita, kakak wanita kita, sahabat wanita kita, bahkan wanita-wanita hebat di dunia ini dapat mengilhami eksistensi jiwa wanita pada diri kita, tanpa harus menyimpang dari fitrahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar