Senin, 11 April 2011

Guru_sebuah cinta (terima kasih..)

Berbicara tentang guru, sangat dekat dengan kehidupanku. Walaupun di keluargaku tidak ada yang berprofesi sebagai guru, tapi keberadaanku saat ini dipenuhi oleh cerita-cerita tentang sosok guru. Sebagian besar karakter diriku sekarang, semua hasil kerja tangan-tangan penuh cinta dari ibu bapakku di sekolah. Teringat kisahku, beberapa waktu lampau. Ketika aku masih teramat polos umpama sebuah kertas putih, lingkunganlah yang menorehkan warna-warnaku.

Aku teringat perkataan dari seorang bapak guru waktu di SMA, “Siapa yang cita-citanya ingin menjadi seorang guru?,” tampaknya tak satupun tertarik. Akupun saat itu tak mengangkat tanganku. Mungkin tak terbayang dalam benak kami untuk medekati profesi mulia yang satu itu. Namun kini, waktu berkata lain, sekarang akulah pemeran utama dalam kisah kehidupan seorang guru. Aku sebagai seorang Guru_bagi diriku, keluargaku, anak muridku, hingga anak kandungku kelak, insyaAllah. Dan itu semua tak lepas dari peran besar sosok seorang guru yang amat ku cintai. Jika ku kisahkan begiilah cerita yang menginspirasiku:

Sebuah perjalanan panjang…
Aku menikmati duniaku sampai detik ini karena memoriku disana..di Delapan Satu (SMA ku)
Sebuah medan pembelajaran yang selengkap-lengkapya,
Dahulu, kecilku disana, waktu masih ingusan yang tak tahu arah, uluran tangan guru-guruku (saat itu) menuntunku ke arah kedewasaan..
Saat dirumah ku tak dapatkan segarnya ilmu, di tempat itu menawarkan cinta yang menyejukan dahagaku,
Sekitar 7 tahun lalu, aku mengenal mereka teman-teman seangkatanku ,
DINASTI (nama angkatanku- yang di tubuh itu kami memperkuat langkah menuju sebuah akhir cita-cita mulia dan masih di beri arahan oleh guru-guru kami kemana harus melangkah melalui jalur hidup remaja.
Dulu disana kami adalah pemuda pemudi yang lapar akan ilmu, prestasi, dan semua hal yang kami cintai atas pemahaman kami.
Saat dimana intelektual kami seperti kurva yang melaju ke atas tanpa batas …
Kami ingin seperti pemuda sejati, terasing dari gelombang kehidupan teman-teman kami yang menjauhi hakikat hidup.
Kami berjuang melawan nafsu kami, nasehat menasehati, menagis disana, tertawa di tengah kelucuan sikap kami, bermain di sela-sela belajar kami, hingga ujian yang penuh peluh, penat serta air mata.
Kami menanam ladang-ladang disana dengan bibit-bibit yang kami harapkan berbuah high quality product, adik-adik kami angkatan selanjutnya-itulah harapan kami.
Kami mencintai mereka seperti mencintai diri kami sendiri, kami bertemu berkasih sayang, belajar hingga beraktivitas mewarnai lingkungan sekolah kompetitif itu.
Kami tidak seorang diri, kami bersama.
Dalam acara-acara kesiswaan yang kami buat, banjir peserta 30-40 0rang, panitia yang ter-manage atas dasar ilmu dan professional.
Dalam ekstrakurikuler, kami menghias acara-acara ROHIS kami dengan seni Islam, dengan kebanggaan akan Islam, dengan kualitas pemuda pemudi Islam, dan kami berproses disana.

Terima kasih Allah, terima kasih kau kirimkan guru-guru luar biasa yang mengantar kami ke tempat itu.
Karena perjalanan panjang itu, Aku dan saudara saudariku ada saat ini, di universitas kami masing-masing mengerti untuk menjadi MANUSIA sebenarnya.
Apa yang harus kami lakukan atas kesyukuran kami yang begitu besar ini…?

Uacapan terima kasih yang sungguh luar biasa besar untuk bapak ibuku disana di Delapan Satu, kemudian flashback di SMP Dua Lima Dua, dan yang teramat berkesan SD ku Nol Lima Pagi.
Mudah-mudahan saya dan teman-teman calon guru, generasi selanjutnya-yang kini sedang berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh mampu tetap mengharumkan nama seorang guru. Tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi mendidik manusia menjadi manusia Indonesia seutuhnya, dengan sebuah cinta, cita-cita dan harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar